kartini-edu-abjad-eu-org

6 Puisi Hari Kartini

Puisi Hari Kartini

Hari Kartini bukan sekadar tanggal yang diperingati, melainkan gema sejarah yang tak kunjung henti berbicara dalam denyut nadi bangsa. Ia lahir dari gugusan surat-surat yang tak sempat dibacakan dengan lantang, namun mengguncang zaman dengan keberanian yang sunyi. Dalam tiap kata yang ia tulis, kita menemukan cahaya — bukan cahaya yang menyilaukan, tapi cahaya yang menyadarkan.

Kartini tidak meminta langit runtuh untuk dirinya, ia hanya ingin perempuan bisa membaca tanpa merasa berdosa, berpikir tanpa merasa salah, dan bermimpi tanpa merasa bersalah. Maka dari itu, di setiap 21 April, kita tak hanya mengenang sosoknya, tapi merenung: sudah seberapa jauh warisan keberaniannya kita hidupi?

https://edu.abjad.eu.org

 


 

Kartini dalam Cahaya Senja

Dalam sunyi langit bersalut mega
Terbit namamu, Kartini, pelita bangsa
Lembut langkah, namun kokoh rasa
Mengukir jejak, membelah langit luka

Tak kau genggam pedang dan baja
Namun kau tusuk gelap dengan cahaya
Buku dan pena jadi senjata
Membebas jiwa dalam gulita

Engkau bukan sekadar nama
Tapi denyut bagi nadi wanita
Yang dahulu dibungkam cerita
Kini bangkit, bersuara nyata

Selamat Hari Kartini, suara abadi
Yang menyusup ke relung hati
Tak sekadar ucapan sehari
Tapi napas di tiap mimpi dan pagi

 


Ucapan dari Masa Kini

Kartini, jika hari ini kau datang
Lihatlah gadis-gadis berlari riang
Dengan mimpi di genggaman tangan
Berkat engkau yang jadi terang

Kami tak hanya kirim ucapan
Tapi melanjutkan perjuangan
Dalam bentuk yang lebih nyata
Dalam hidup yang punya makna

Engkau tak pernah meminta patung
Namun kami ukirkan namamu di jantung
Di sekolah, kampus, hingga mimbar
Kartini, namamu tetap mekar

Selamat Hari Kartini kami ucap
Dengan cinta yang tak hendak lenyap
Karena engkau, kami bisa berharap
Menjadi wanita yang tak hanya menetap

 


Kartini Bukan Sekadar Hari

Kartini bukan sekadar hari di kalender
Ia denyut yang tak pernah luntur
Ia bukan hanya seremonial besar
Tapi nyala hidup yang terus mengakar

Kami tak hanya menyanyikan pujian
Tapi juga belajar dalam kesunyian
Menjadikan semangatmu pedoman
Agar tak ada lagi perbedaan

Engkau pelita di zaman kelam
Yang tak padam meski dikecam
Kini setiap perempuan melangkah tegap
Berkatmu, kami bisa harap

Peringatanmu adalah pengingat
Bahwa mimpi tak pernah terlambat
Kartini, engkau tetap kuat
Dalam dada, dalam semangat

 


Cahaya dari Jepara

Dari Jepara namamu bersuara
Menembus batas waktu dan negara
Perempuan kecil dengan jiwa raksasa
Mengguncang dunia dengan aksara

Laut pun mendengar namamu disebut
Gunung mencatat sejarah yang lembut
Kartini, engkau luka dan pelipur
Dalam tiap kalimat yang kau ukir

Jepara bukan sekadar kota
Tapi rahim bagi api yang menyala
Dari sana lahir cahaya wanita
Yang tak pernah padam oleh usia

Jepara masih mengalirkan doa
Untuk Kartini dan semua cita
Agar perempuan tak lagi lara
Tapi pelita bagi semesta

 


Perempuan Adalah Pelita

Perempuan bukan hanya hiasan
Ia cahaya dalam kegelapan
Seperti Kartini yang berperan
Menerangi zaman dengan keberanian

Ia bukan sekadar bayangan
Tapi inti dari perubahan
Kartini ajarkan pengabdian
Lewat mimpi dan perjuangan

Kartini adalah bahasa cinta
Yang tak mengharap balas kata
Tapi menjelma dalam makna
Bahwa hidup perlu dijaga

Selamat Hari Kartini, wahai wanita
Pelita yang tak kenal lelah dan luka
Teruslah berdiri, terus bermakna
Karena dunia perlu sinarmu juga

 


Kartini dalam Diam

Tak semua suara perlu teriak
Ada keberanian dalam langkah yang senyap
Seperti engkau, diam dalam gulita
Tapi menyusun cahaya lewat kata

Di ruang kamar yang sederhana
Kau bangun dunia dengan pena
Bukan panggung yang kau minta
Tapi dunia yang adil untuk wanita

Kini diam itu menjadi tanya
Siapa yang akan bersuara jika tidak kita?
Kartini telah memberi cara
Tinggal kita meneruskan makna

Hari Kartini bukan hanya perayaan
Tapi janji untuk sebuah keberanian
Diam tak berarti kepasrahan
Kadang justru awal dari perubahan

 


 

Dedi Ir
mojokerto jawa timur 2025
baca puisi lainnya di PUISI

Dan pada akhirnya, keberanian Kartini tak berhenti di lembar sejarah—ia bersemayam dalam setiap perempuan yang memilih untuk bersuara, dalam setiap ibu yang mendidik anaknya bermimpi, dalam setiap jiwa yang tak ingin hidup dalam batas. Ia hadir di ruang kelas, di balik meja kerja, di ladang dan pasar, di layar dan panggung dunia.

Mari jangan hanya mengucap syukur untuk Kartini—tapi warisi semangatnya, hidupkan ide-idenya, dan jadikan keberanian sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Karena setiap hari adalah perjuangan, dan setiap langkah adalah kesempatan untuk menghidupkan kembali makna.

Terimakasih Telah membaca puisi kami
Saya Dedi Ir mengucapkan
Selamat Hari Kartini

Tinggalkan Balasan