orang-tua-ayah-ibu-edu-abjad-eu-org

puisi tentang orang tua: ibu dan ayah

Puisi tentang orang tua

Puisi tentang orang tua adalah jendela ke dalam hati yang kadang kita lupa buka. Di sanalah terpatri cinta yang tak bersyarat, kasih sayang yang tak kenal pamrih, dan pengorbanan yang sunyi namun dalam.

Ayah dan Ibu bukan sekadar nama, melainkan puisi itu sendiri—yang ditulis oleh waktu dan dibacakan oleh kehidupan. Mereka bukan sekadar tokoh dalam hidup, melainkan latar dari setiap langkah yang kita ambil.

Dalam deretan bait dan baris, kita coba menerjemahkan rasa yang tak sempat diucap. Lewat puisi-puisi ini, kita bukan hanya mengenang, tapi juga merayakan dua cinta yang jadi alasan kita ada.

Maka izinkanlah kami menyuguhkan rangkaian puisi tentang orang tua, sebagai persembahan untuk mereka yang diam-diam menjadi langit dan bumi bagi kita.

https://edu.abjad.eu.org


Ibu Adalah Doa yang Tak Pernah Lelah

Ibu seperti malam yang setia menunggu
Bahkan ketika dunia menjelma debu
Dalam lirih sujud, namaku disebut
Tak pernah lelah, tak pernah surut

Ibu adalah samudra yang bisu
Menyimpan gelombang dalam kalbu
Di matanya ada riwayat kasih
Yang tak tertulis, namun abadi bersih

Luka-lukaku ia tanggung diam
Dalam peluknya aku jadi tenang
Ia tak pernah meminta kembali
Meski seluruh hidupnya kubawa pergi

Ia bukan sekadar pelita gulita
Ia adalah cahaya yang mencipta kita
Tanpanya, malam hanya gelap semata
Dalam rahimnya: awal segala cinta

Makna: Puisi ini menggambarkan sosok ibu sebagai pusat dari doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang tak pernah meminta balas. Ibu menjadi simbol kekuatan spiritual dalam kehidupan seorang anak.


Ibu, Senyummu Tak Pernah Tua

Senyummu adalah musim semi
Yang tak pernah pergi, tak pernah basi
Meski waktu menggerus pipimu
Kau tetap indah dalam pandangku

Kau ciptakan bahagia dari lelah
Membakar luka, menjadikannya indah
Aku belajar tabah dari matamu
Yang tak pernah mengadu pada waktu

Ibu, maafkan anakmu yang sibuk
Kadang lupa membalas peluk
Padahal kau tak pernah absen
Menghujaniku kasih yang tak bosan

Dalam senyummu ada janji surga
Dalam doamu hidupku terjaga
Ibu, izinkan aku memelukmu
Sebelum waktu mencurimu

Makna: Puisi ini mengangkat kasih ibu yang abadi. Senyumnya tak pernah pudar oleh usia dan tetap menjadi sumber kehangatan dan kekuatan bagi anak.


ibu-edu-abjad-eu-org

ibu-edu-abjad-eu-org


Ayah, Lelaki yang Tak Pernah Pergi

Ayah, engkau bukan hanya nama
Engkau adalah waktu yang setia
Kau pergi tiap pagi membawa doa
Pulang malam dengan sisa tenaga

Di tanganmu tak ada keluh
Hanya keringat yang luruh
Kau ajarkan aku jadi kuat
Tanpa perlu banyak nasihat

Ayah, engkau jarang menangis
Tapi aku tahu hatimu manis
Saat kau diam di sudut kamar
Kau bicara pada Tuhan, penuh sabar

Kau tak pernah benar-benar pergi
Namamu hidup di denyut nadi
Ayah, kau adalah puisi diam
Yang kubaca dalam sunyi yang dalam

Makna: Ayah sering kali tidak menunjukkan kasih sayangnya secara terang, tapi ia hadir dalam bentuk kehadiran, pengorbanan, dan doa diam yang konstan.


Aku Ingin Jadi Doamu

Aku ingin hidup dalam doamu
Berteduh di bawah restumu
Tak ada rumah seindah kalimatmu
Yang kau bisikkan sebelum tidurku

Aku ingin seperti langkahmu
Pelan dan yakin yang di tuju
Kau berjalan tanpa suara
Tapi jejakmu membekas di dada

Di wajahmu kutemui sejarah
Perang panjang antara cinta dan lelah
Namun kau menang tanpa suara
Hanya dengan sabar yang tiada tara

Doakan aku selamanya. ayah, ibu
Agar hatiku tetap menjadi anakmu
Karena aku belum cukup bijak
Untuk tak rindu jika kau beranjak

Makna: Anak ingin menjadi bagian dari doa ibunya, karena hanya dalam doa dan restu ayah dan ibulah ia merasa utuh.


Ayah, Jalan Panjang Tanpa Ujung

Ayah adalah jalan tak bernama
Panjang, lurus, tanpa jeda
Kau berjalan meski tertatih
Demi harapan yang belum tergapai bersih

Tak semua luka kau ceritakan
Tapi tubuhmu menyimpan beban
Kau diam saat dunia ribut
Karena kau tak butuh tepuk sorak rebut

Ayah, engkau tak butuh pujian
Cukup tahu anakmu punya tujuan
Kau adalah guru tanpa kelas
Yang mengajar lewat teladan tegas

Jika suatu hari kau lelah benar
Biarkan aku jadi bahumu bersandar
Karena kini aku tahu pasti
Kau terlalu banyak memikul sendiri

Makna: Ayah adalah pejalan tanpa pamrih. Ia menanggung banyak beban tanpa pernah mengeluh, dan anak baru menyadari ketulusan itu saat dewasa.


ayah-edu-abjad-eu-org

ayah-edu-abjad-eu-org


Peluk Terakhir Saat Aku Pergi

Saat aku berpamitan pagi itu
Kau hanya mengangguk dan tersenyum malu
Tapi matamu seperti langit mendung
Menahan gerimis agar tak turun

Tak banyak kata yang kau ucap
Hanya peluk yang terasa senyap
Namun di dalamnya ada seribu nasihat
Yang tak tertulis namun begitu kuat

Ibu, aku tahu hatimu patah
Tapi kau tetap kukuh dan ramah
Kau biarkan aku memilih jalan
Meski jalan itu kau tak tahan

Dan kini aku sadar di rantau ini
Tak ada peluk sehangat pagi tadi
Pelukmu adalah arah dan petunjuk
Yang tak bisa kuganti, tak bisa kutunduk

Makna: Saat anak merantau, peluk ibu menjadi simbol restu dan cinta abadi. Ia mengandung pesan, kekuatan, dan perpisahan yang tak benar-benar berpisah.


Ayah, Perjalanan yang Tak Pernah Usai

Kau berjalan jauh sejak pagi
Menembus waktu, menahan sunyi
Tak ada yang tahu langkahmu berat
Karena senyummu selalu hangat

Kau ajak kami mengenal dunia
Lewat kerja keras dan cerita tua
Meski letih kau bawa sendiri
Kau tak pernah meminta kami mengerti

Ayah, engkaulah perjalanan itu
Yang tak pernah lelah demi kami bertumbuh
Kau tak tanya kapan bisa berhenti
Karena anak-anakmu adalah janji

Dan kini saat kau mulai pelan
Aku ingin jadi kakimu yang bertahan
Agar langkahmu tetap bisa berjalan
Meski dunia telah kau sumbangkan

Makna: Ayah adalah perjalanan panjang tanpa pamrih. Ia terus berjalan demi anak-anaknya, bahkan ketika tubuh sudah menua dan waktu memudar.


Ibu, Surat yang Tak Pernah Dikirim

Aku temukan suratmu dalam diam
Tertulis pada kebiasaan dan malam
Bukan tinta, tapi doa yang jadi kalimat
Kusadari saat aku terlambat

Kau tak pernah kirim kata cinta
Tapi sikapmu selalu berkata
Dari nasi yang kau hidangkan pagi
Hingga peluk dalam dingin yang sepi

Ibu, suratmu tak pernah kau kirim
Tapi kuterima setiap kali aku termenung
Karena isi surat itu bukan cerita
Melainkan hidup yang kau jaga dengan cinta

Kini aku ingin menulis balasan
Tapi tak ada kalimat yang sepadan
Karena apa yang kau beri
Tak bisa aku tulis kembali

Makna: Cinta ibu tak selalu lewat kata-kata, tapi melalui tindakan harian yang sederhana. Surat cinta ibu tertulis di kebiasaan yang lembut dan setia


Ayah dan Ibu Adalah Langit dan Bumi

Ayah adalah langit yang tinggi
Memberiku arah, membebaskanku pergi
Ibu adalah bumi yang kupijak
Menahan langkahku agar tetap bijak

Dua cinta yang tak pernah saling merenggut
Tapi saling melengkapi dalam diam yang lembut
Ayah mengajarkan tentang dunia
Ibu mengajar cara menjaganya

Dari kalian, aku mengenal cinta
Bukan dari kata, tapi dari laku dan makna
Kalian tak selalu hadir bersama
Tapi dalam diriku kalian melebur jadi satu jiwa

Jika nanti aku punya rumah
Kalian akan jadi tembok yang paling ramah
Dan saat aku berkata tentang kasih
Namamu akan kuucap lebih dari sekali

Makna: Ayah dan ibu adalah dua kutub yang membentuk anak: satu memberi ruang untuk tumbuh, yang lain menumbuhkan rasa untuk hidup. Mereka tak bisa dipisahkan dari jati diri anak.


Dedi Ir
Mojokerto april 2025
Puisi lainya

 

Puisi-puisi di atas bukan sekadar rangkaian kata. Ia adalah doa yang menyamar menjadi diksi, adalah tangis yang memilih menjadi metafora, adalah cinta yang tak ingin sekadar jadi kenangan.

Ayah dan Ibu telah mengajarkan kita bagaimana mencintai dalam diam, memberi tanpa syarat, dan hidup dengan ketulusan yang tak dapat dilukiskan oleh waktu.

Semoga setiap bait mampu menyentuh sisi paling lembut dari diri kita—menggugah, mengingatkan, dan mungkin menyembuhkan.

Sebab tak ada sajak yang lebih sakral daripada puisi tentang orang tua.

Tinggalkan Balasan